TEMPO.CO, Surabaya - Penutupan lokalisasi Gang Dolly di Surabaya seakan membawa ingatan orang pada kasus pembunuhan berencana yang diotaki muncikari papan atas, Sumiasih alias Sumiarsih, pada 13 Agustus 1988. Korbannya adalah Komandan Primer Koperasi Angkatan Laut Letnan Kolonel Purwanto, Sunarsih (istri Purwanto), Haryo Bismoko, Haryo Budi Prasetyo (anak Purwanto), dan Sumaryatun (kerabat).
Pelakunya, selain Sumiasih sendiri, juga suaminya, Djais Adi Prayitno, Sugeng (anak Sumiasih), Sersan Dua Adi Saputro (menantu), serta Nanok dan Daim (pegawai Sumiasih). Pembunuhan keji itu dilakukan di rumah Purwanto, Jalan Dukuh Kupang Timur XVII, Surabaya. Korban tewas setelah dipukul dengan antam (alu besi) oleh para pelaku.
Sebelum tragedi berdarah itu terjadi, hubungan Sumiasih-Purwanto akrab. Purwanto sering datang ke Wisma Happy Home yang dikelola Sumiasih sejak 1975. Happy Home adalah wisma di Gang Dolly yang paling ramai kala itu karena para pekerja seksnya terkenal cantik-cantik. Melihat omzet Sumiasih yang menggiurkan, Purwanto mengajak perempuan itu berkongsi. Sumiasih tak keberatan. (Baca: Dolly van der Mart, Cikal Bakal Gang Dolly Surabaya)
Purwanto kemudian membuka Wisma Sumber Rejeki dan meminta Sumiasih mengelolanya. Dalam perjanjian, Sumiasih harus menyetor Rp 20 juta per bulan. Bila tidak mampu, kekurangannya dihitung sebagai utang dan berbunga.